Jumat, 17 Oktober 2008

pencarian ayah kandungku

Ya Allah kuatkanlah hatiku...
beberapa saat yang lalu aku baru denger cerita detailnya proses pencarian alamat papa dari tanteku. Awalnya mami masih kekeuh dengan pendiriannya untuk tidak menjadikan papa sebagai waliku. tapi setelah berhasil dibujuk dan diberi sedikit pengertian oleh tante, akhirnya mami setuju (dengan berat hati tentunya).
Berangkatlah tante untuk mulai mencari sepulang kerja ditemani suaminya. Pada pencarian awal tante hanya berbekal pengetahuan jalan ke arah rumah papa tanpa tau alamat persisnya jalan apa..tante hanya ingat di dekat rumahnya ada rel kereta api (daerah sekitar kota). Setelah tanya sana sini, akhirnya tante berhasil ketemu rumah yang ia maksud. setelah menanyakan papa pada pemilik rumah (yang ternyata menantu papa), si pemilik rumah mengatakan bahwa papa sudah tidak tinggal disitu lagi, tetapi pindah ke daerah cempaka baru. alamat persisnya juga si menantu tidak tau, hanya ancer-ancer saja. Orangtua papa juga sudah meninggal. Sebelum meneruskan pencariannya, tante menelpon mami dulu untuk melanjutkan pencarian atau tidak. Mami mengijinkan untuk melanjutkan pencarian, tetapi keputusannya berubah, tante diminta mencari warnet terdekat untuk membuat surat kuasa wali nikah dan memberi materai untuk nanti ditandatangani oleh papa. sekali lagi tante harus membujuk mami (dengan lebih keras) agar tetap mengijinkan papa menjadi waliku. entah kenapa mami begitu ngotot untuk tidka membiarkan aku bertemu dengan papa.
Syukurlah bujukan tante berhasil dan mami mengijinkan tante untuk terus melanjutkan pencarian. Tantepun melanjutkan pencarian dengan berbekal petunjuk menantu papa. dan akhirnya tante berhasil menemukan rumah papa. saat itu yang membukakan pintu ternyata papa sendiri. saat tante menanyakan apa betul itu rumah papa, papa sama sekali tidak mengenali tante.
sampai tante menyebutkan namanya baru papa mengenalinya.
langsung saja tante dipersilahkan masuk. sebelum menjelaskan maksud kedatangan tante kesana, karena tante tau papa sudah beristri kembali, maka tante juga ingin agar istrinya hadir disitu untuk bersama mendengarkan tujuannya datang kesana.
saat menunggu istri papa, tante ngobrol sedikit sama papa. saat itulah papa mencurahkan semua perasaannya soal aku.
setiap hari, setiap waktu, papa selalu ingat aku, papa selalu memikirkan aku. papa juga ingat kalau sebentar lagi ultahku. papa bilang kalau setelah peristiwa perceraian itu ia sering mencariku, tetapi terus dihalangi oleh mami, ketika tahun kelima ia terus tidak diperbolehkan mami untuk bertemu denganku, ia memutuskan untuk berhenti mencariku, dan pasrah pada takdir Allah. dan berdoa kalau suatu saat ia akan dapat bertemu denganku selama masih ada umur. dan ia sangat yakin kelak nanti ketika aku akan menikah, aku akan mencarinya dan memintanya untuk menjadi wali nikahku.
tak lama istri papa datang dan tante mulai menyatakan maksudnya untuk menanyakan kesediaan papa menjadi wali nikahku. mendengar itu papa mengaku sangat bahagia. ia berkata bahwa ini adalah sebuah anugrah terbesar buat dia. dapat bertemu dengan anak yang selama 26 tahun tidak pernah dikenalnya. Tentu saja ia bersedia, dan istrinya pun mendukung dia. bahkan mengajurkan papa untuk menelpon aku. tetapi tante tidak berani memberikan no hp aku pada papa. papa bahkan ingin melihat fotoku, yang sayangnya tidak tante bawa.
papa sangat ingin bertemu dengan aku sebelum hari pernikahanku. tante tidak berani berjanji apa-apa, tapi ia akan mengusahakan membicarakan masalah ini pada mami.
sebenernya tante dilarang oleh mami untuk menceritakan soal pencarian dan semua yang terjadi malam itu di rumah papa kepadaku. dan sebenernya KTP papa tidka boleh diberikan kepadaku oleh mami, pesan mami pada tante copy KTP papa harus langsung dikaish ke orang yang urus ke KUA.
mami, kenapa mami begitu marah sama papa?
kenapa mami tidak memperbolehkan papa bertemu dengan aku?
kenapa semuanya haru disembunyikan dari aku?
kenapa mami begitu egois?
kalau mami takut kasih sayangku akan berubah ke mami ketika aku bertemu papa, mami salah....
mami tidak akan pernah kehilangan kasih sayang aku
mami tidak akan kehilangan aku
aku tidak akan berubah
aku akan terus menjadi anak mami
yang sangat menyayangi mami
tapi
aku aku perlu tau papa
aku perlu kenal papa

**sorry klo bacanya kepanjangan**

Kamis, 16 Oktober 2008

akhirnya aku (hampir) bertemu dengan ayah kandungku

ya...akhirnya..dan ini bener2 terjadi sama aku..
ini adalah hal yang paling membahagiakan - beside my wedding day - untuk bisa bertemu dengan ayah kandungku. orang yang seumur hidup aku gak pernah aku kenal, gak pernah aku tau, gak pernah aku tatap wajahnya, gak pernah aku peluk, gak pernah aku cium tangannya, gak pernah aku bagi sedikit sayangku untuk dia, dan semua hal yang biasa dilakukan seorang anak perempuan dan ayahnya (aku hanya tau namanya).
aku tau suatu hari hal ini pasti bakalan terjadi, hari dimana aku bisa bertatap muka langsung dengannya - sekaligus mungkin aku bisa tau aku lebih mirip mami atau beliau - saat akad nikah nanti.
Memang awalnya mami tidak mau beliau sampai bertemu dengaku dan menjadi wali nikahku. tetapi, peraturan berkata lain. pihak KUA hanya mau menyanggupi kalau wali nikahku adalah ayah kandungku. Yang memang pada awalnya mami menyerahkan kewajiban tersebut pada kakak lelakinya, yaitu om aku. Ketika persyaratan wali, yakni copy KTP diperlukan, mami tidak bisa mengelak lagi dengan mengajukan om aku sebagai wali nikahku.
Dengan sedikit menelan egonya, mami akhirnya bersedia mencari ayah kandungku. untuk urusan pencarian pun, mami mengutus adik perempuannya, tanteku, mami tidak bersedia mencari sendiri (entah berapa besar sakit hati mami pada ayah kandungku). Tante yang juga begitu menyayangiku rela mencari alamat beliau sampai tengah malam, hanya demi mendapatkan copy KTP nya.
sampai pagi tadi sebelum berangkat kerja, aku masih mengira om aku tetap menjadi wali nikahku dan tanteku yang mengambil copy KTP ke rumahnya. ternyata jauh dari perkiraan
saat aku tanya "mana copy KTP nya tan?"
dengan santai tante menyerahkan selembar copy KTP padaku. Tapi saat aku lihat foto dan namanya sekilas ternyata bukan om aku.
"loh gak jadi sama om?" aku bertanya santai. Padahal saat itu perasaanku sangat aneh..
"ceritanya panjang, nanti aja ceritanya, yang penting sekarang syarat sah nikahnya bisa terpenuhi"
Ya Allah di tanganku ini adalah copy identitas ayah kandungku. tapi entah kenapa, aku sama sekali tidak tertarik untuk melihat2 atau mengamatinya. tidak ingin melihat alamat tempat tinggalnya, tidak ingin melihat fotonya. hanya sekejab aku memegangnya, langsung kumasukkan amplop beserta berkas lainnya. aku bingung...
orangtuaku bercerai sejak aku berumur 2 bulan (itu yang kutau dari cerita tanteku). dan dari kedua belah pihak tidak ada yang pernah ingin mencoba mempertemukan kami berdua. Mami juga tidak pernah menyinggung soal beliau, dan aku juga tidak pernah bertanya soal beliau. yang aku tau mami membesarkan aku seorang diri dan tidak pernah menikah lagi.
Aku tidak dapat membayangkan bagaimana perasaan mami saat hari pernikahanku nanti.
terlebih lagi perasaanku. apa yang akan aku katakan pertama kali padanya "Apa kabar?" kedengerannya lucu banget. dan aku harus memanggilnya dengan sebutan apa?

Ya Allah kuatkanlah hati kami...