Kamis, 23 April 2009

Mengenal TORCH: Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes Simplex Virus

Risiko Infeksi pada Ibu Hamil dapat mengakibatkan cacat pada janin. Pemeriksaan rutin diharapkan dapat mengurangi risiko. Kehamilan merupakan peristiwa yang menakjubkan. Menyambut masa istimewa dalam kehidupan wanita, diperlukan persiapan sebaik mungkin. Salah satunya, bagaimana menghindar dari risiko infeksi selama kehamilan. Infeksi selama kehamilan pantas mendapat perhatian mengingat efeknya yang berbahaya bagi janin. Namun, kebanyakan kasus infeksi sulit dideteksi karena tidak memperlihatkan gejala seperti demam. Kondisi tersebut sangat menyulitkan untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi atau tidak. Akibatnya,sebagian besar ibu hamil tidak menyadari bahwa kehamilannya berisiko. Bayi yang dilahirkan pun berisiko mengalami cacat bawaan, kelainan mata, dan hidrosefalus. Selain bayi lahir cacat, risiko infeksi kehamilan juga menyebabkan berat badan rendah dan mudah terserang penyakit karena sistem imunitas belum terbentuk sempurna. Bahkan,risiko kematian turut mengintai lantaran bayi belum siap hidup di luar rahim dengan fungsi organ vital belummatang.Hal itu juga diperkuat karena sistem imunitasnya belum terbentuk sempurna. ”Jenis infeksi selama kehamilan banyak ragamnya. Meski demikian, yang perlu mendapatkan perhatian khususadalah TORCH dan HIV,” ujar Spesialis Kandungan dan Kebidanan dari Hospital Cinere dr Trijatmo Rachimhadhi SpOG( K) dalamseminar bertajuk ”Hamil, Persalinan, ASI semua Nyaman”, akhir pekan lalu, di Jakarta. TORCH merupakan kepanjangan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes SimplexVirus.Sebagai contoh,infeksi toxoplasma yang disebabkan oleh toxoplasmosis. Biang keladinya adalah parasit golongan protozoa. Binatang yang dituding sebagai penyebab adalah kucing, anjing,burung, dan tikus. Pada umumnya,wanita hamil yang terserang toxoplasma tidak merasakan suatu gejala. Andai kata mengalami gejala berupa demam, flu, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Direktur RS Bersalin YPK mengatakan penularan melalui binatang terjadi tidak secara langsung. Misalnya dari kucing yang mengidap toxo dan mengeluarkan kotoran. Selanjutnya,kotoran di dalam tanah menjadi santapan tikus. Secara otomatis, parasit juga akan tumbuh didalam tubuh tikus. Kemudian, tikus atau kotoran tikus termakan sapi dan kambing. Akibatnya, parasit akan berpindah ke dalam tubuh binatang tersebut. Daging sapi atau daging kambing menjadi lauk santapan manusia. ”Di sinilah terjadinya infeksi parasit toxoplasmosis. Apabila wanita hamil mengonsumsi daging yang tidak secara matang dimasak, maka akan terinfeksi,” kata dokter yang menjabat sebagai direktur RS Bersalin YPK ini. Di samping lewat makanan yang tidak dimasak secara matang, cuci tangan yang kurang bersih akan menyebabkan tersalurnya infeksi ke dalam tubuh. Bagi ibu yang telah terinfeksi akan menyalurkan parasit melalui plasenta. Adapun plasenta ini dapat menyebarkan penyakit ke janin melalui aliran darah. Namun, risiko janin terinfeksi tergantung dari usia kehamilan saat ibu terinfeksi. Semakin muda usia kehamilan, semakin besar risiko bayi cacat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar