Sabtu, 28 Maret 2009

Saat aku kehilangan yang lain mendapatkan

Renungan sekilas buat diri sendiri. Saat tiba di kamar observasi, aku mendengar tangisan khas itu, saat di kamar inap menunggu proses kuretase, karena alasan penuh, aku hanya dapat kamar rawat inap kelas 2, 1 kamar 3 orang. Kebetulan hanya 1 orang yang menempati dan jadi 2 setelah aku bergabung. Teman sekamarku seorang ibu seumur denganku, yg sedang menunggu proses kelahiran anak pertamanya, dia masuk jam 9 pagi dengan kondisi pembukaan 3. Sepertinya lagi2 Allah mengujiku. Aku sekamar dengan orang yg akan mendapatkan impian semua ibu, sementara aku akan kehilangan. Menjelang jam 10 malam aku dibawa ke ruang bersalin, dipasang infus, ditemani suamiku. Tak lama teman sekamarku juga dipindah ke ruang bersalin karena sudah pembukaan 5. Sangat jelas telingaku mendengar dia meringis menahan mulas, sambil dibimbing pernapasan oleh para bidan dan mengarahkan cara mengejan yang baik untuk mendorong bayinya keluar. Giliranku...obat bius yg disuntikan melalui pipa infus terasa sangat menyakitkan, tapi tidak sesakit perasaan ini. Tak lama aku berada dalam kondisi antara sadar dan tidak. Ya..aku hanya dibius lokal..mematikan saraf dari pinggang ke bawah, proses biusnya sendiri berjalan sangat cepat. Tak berapa lama aku dibangunkan oleh bidan, Aku cepat tersadar. Saat sadar itulah aku mendengar peristiwa kelahiran teman sekamarku. Selama hampir 30 menit, ia terus mengejan mendorong bayinya, sesekali diselingi tangisnya. Setelah berjuang, bayi itu lahir, dengan tangisnya yg keras.Alhamdulillah, Subhanallah, aku berkata dalam hati. rasanya seperti aku sendiri yg mengalaminya. Tanpa sadar, air mata mengalir, mama yang duduk disamping menemaniku menenangkan diriku. Aku ikhlas Ma, belum rejeki kami, kataku pelan dan lemah. Perutku masih terasa mulas, efek dari proses kuret. Ketika keluar ruangan, diluar sudah menunggu mertua dan adik2 iparku. Alhamdulillah mereka semua hadir. Kata suamiku, sisa hasil pembuahannya hanya berupa darah, dan akan diobservasi dulu di lab, supaya ketauan kenapa bisa gugur. Aku hanya diam, rasa kantuk menyerang, mungkin masih efek obat bius. Malamnya bayi teman sekamarku itu dibawa ke kamar untuk tidur bersama ibunya. 1 jam sekali ia menangis keras ingin menyusu sepertinya, walaupun membuatku susah tidur, tapi aku tidak merasa terganggu. Suamiku yg menjagaku, tersenyum tiap kali terbangun karena tangis bayi itu. Engkau memang maha adil. Yang satu kehilangan, yang lain mendapatkan. Aku yakin semua kejadian itu sudah diatur untuk membuatku kuat. Membuatku ikhlas. Aku pasti bisa melewati hari2 selanjutnya, tanpa terbebani pikiran apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar